Ekspresi Cinta yang Menyerempet Bahaya

Ekspresi Cinta yang Menyerempet Bahaya


Hari kasih sayang setiap 14 Februari senantiasa diperingati oleh sebagian anak muda dari berbagai belahan dunia, termasuk kalangan muda di kota Palembang. Makna kasih sayang bagi kalangan muda yang sebenarnya berlaku secara universal, terkadang seakan mengalami penyempitan makna. Kasih sayang lebih banyak diartikan pada gelora asmara semata.

Kasih sayang bagi kalangan muda seringkali diidentikkan dengan jalinan hubungan kasih sayang tepatnya cinta antara lawan jenis. Sementara makna kasih sayang mengalami penyempitan ruang, disisi lain pendidikan seksual yang diberikan juga masih jauh dari selayaknya.

Sangat disesalkan akibat rendahnya pemahaman terhadap pendidikan seksual hal ini mengakibatkan seringkali remaja menjadi salah langkah didalam mengekpresikan dan mengintepretasikan perasaan sayang tersebut bahkan ada beberapa yang melakukan aktifitas seksual yang berbahaya. Sehingga hal ini seakan turut menjadikan kasih sayang mengalami pembiasan makna.
Ekspresi Cinta yang Menyerempet Bahaya     Hari kasih sayang setiap 14 Februari senantiasa diperingati oleh sebagian anak muda dari berbagai belahan dunia, termasuk kalangan muda di kota Palembang. Makna kasih sayang bagi kalangan muda yang sebenarnya berlaku secara universal, terkadang seakan mengalami penyempitan makna. Kasih sayang lebih banyak diartikan pada gelora asmara semata.  Kasih sayang bagi kalangan muda seringkali diidentikkan dengan jalinan hubungan kasih sayang tepatnya cinta antara lawan jenis. Sementara makna kasih sayang mengalami penyempitan ruang, disisi lain pendidikan seksual yang diberikan juga masih jauh dari selayaknya.  Sangat disesalkan akibat rendahnya pemahaman terhadap pendidikan seksual hal ini mengakibatkan seringkali remaja menjadi salah langkah didalam mengekpresikan dan mengintepretasikan perasaan sayang tersebut bahkan ada beberapa yang melakukan aktifitas seksual yang berbahaya. Sehingga hal ini seakan turut menjadikan kasih sayang mengalami pembiasan makna.   Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Sumsel,   Amirul Husni, SH mengemukakan dari data kuisioner yang dimiliki PKBI hingga akhir 2001 kepada sekitar 300 responden mahasiswa di kota Palembang diketahui sejak usia 12 tahun sebagian remaja telah berpacaran. Pada usia ini cara mereka menyukai lawan jenis melalui cara saling lirik-melirik atau mencoba menjalin komunikasi dengan berbagai media baik surat atau telepon.  Seiring perkembangan usia dan perasaan yang telah terjalin, maka perilaku pacaran juga berubah. Ada yang sekedar mengobrol, saling berpegangan tangan, merangkul atau memeluk, mencium pipi atau kening, berciuman bibir, mencium leher dan meraba anggota badan yang sensitif. Sedangkan sekitar 2,57 persen responden tersebut selama berpacaran ada yang melakukan petting bahkan 4,90 persen sampai berhubungan seks.  Frekuensi responden didalam melakukan hubungan pra-nikah inipun bervariasi.   Sebanyak 20,51 persen menurutnya mengaku pernah tetapi hanya satu kali, 53,85 persen sebulan satu atau dua kali, 17,95 persen seminggu satu atau dua kali dan 7,69 hampir setiap hari. “”Meski nilai kebohongan kuisioner ini tetap ada, tetapi setidaknya hasil kuisioner ini merupakan gambaran pola prilaku seksual remaja di kota Palembang. Dan kemungkinannya data ini mengalami peningkatan,” katanya.  Berbagai alasan melatarbelakangi remaja melakukan hubungan seks pra-nikah pertama kali tersebut baik karena suka sama suka atau cinta, pengaruh obat dan minuman keras serta ingin mengetahui. Dan dari responden itu tidak ada yang melakukan hubungan seks pra-nikah pertama kali tersebut karena keterpaksaan.  Meski sebagian remaja telah melakukan hubungan seks pra-nikah tetapi dari data tersebut menurutnya juga diketahui bahwa ajaran agama dan norma dimasyarakat tetap mengambil peranan penting pada pendidikan seks. Hal ini dibuktikan sebanyak 51,29 persen masih beranggapan seks diluar nikah itu berdosa atau haram.  Sementara itu dua orang pelajar SMU di Palembang yang ditemui kemarin mengemukakan pacaran atau berhubungan dengan lawan jenis memiliki beberapa nilai positif. Seperti yang disampaikan Doni pelajar salah satu SMK di Palembang ini mengemukakan dirinya berpacaran pertama kali saat menginjak kelas tiga SLTP. Saat itu aktifitas yang dilakukannya lebih berkaitan dengan aktifitas sekolah seperti pulang sekolah bersama. “Kalau sekarang sekedar cium pipi saat ulang tahun saya pikir sah-sah saja. Asalkan cuma cium pipi,” katanya. Seraya menambahkan bagi remaja seusianya meski tidak mutlak tetapi jika tidak memiliki pacar akan dianggap kurang pergaulan.  Sedangkan Gita pelajar SMU di Palembang mengemukakan aktifitas pacaran yang dilakukannya lebih banyak dihabiskan dengan ngobrol dirumah. Sesekali menurutnya pergi nonton berpasangan bersama pacar atau terkadang bersama teman lainnya yang juga membawa pasangan.

Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Sumsel, 

Amirul Husni, SH mengemukakan dari data kuisioner yang dimiliki PKBI hingga akhir 2001 kepada sekitar 300 responden mahasiswa di kota Palembang diketahui sejak usia 12 tahun sebagian remaja telah berpacaran. Pada usia ini cara mereka menyukai lawan jenis melalui cara saling lirik-melirik atau mencoba menjalin komunikasi dengan berbagai media baik surat atau telepon.

Seiring perkembangan usia dan perasaan yang telah terjalin, maka perilaku pacaran juga berubah. Ada yang sekedar mengobrol, saling berpegangan tangan, merangkul atau memeluk, mencium pipi atau kening, berciuman bibir, mencium leher dan meraba anggota badan yang sensitif. Sedangkan sekitar 2,57 persen responden tersebut selama berpacaran ada yang melakukan petting bahkan 4,90 persen sampai berhubungan seks.

Frekuensi responden didalam melakukan hubungan pra-nikah inipun bervariasi. 

Sebanyak 20,51 persen menurutnya mengaku pernah tetapi hanya satu kali, 53,85 persen sebulan satu atau dua kali, 17,95 persen seminggu satu atau dua kali dan 7,69 hampir setiap hari. “”Meski nilai kebohongan kuisioner ini tetap ada, tetapi setidaknya hasil kuisioner ini merupakan gambaran pola prilaku seksual remaja di kota Palembang. Dan kemungkinannya data ini mengalami peningkatan,” katanya.

Berbagai alasan melatarbelakangi remaja melakukan hubungan seks pra-nikah pertama kali tersebut baik karena suka sama suka atau cinta, pengaruh obat dan minuman keras serta ingin mengetahui. Dan dari responden itu tidak ada yang melakukan hubungan seks pra-nikah pertama kali tersebut karena keterpaksaan.

Meski sebagian remaja telah melakukan hubungan seks pra-nikah tetapi dari data tersebut menurutnya juga diketahui bahwa ajaran agama dan norma dimasyarakat tetap mengambil peranan penting pada pendidikan seks. Hal ini dibuktikan sebanyak 51,29 persen masih beranggapan seks diluar nikah itu berdosa atau haram.

Sementara itu dua orang pelajar SMU di Palembang yang ditemui kemarin mengemukakan pacaran atau berhubungan dengan lawan jenis memiliki beberapa nilai positif. Seperti yang disampaikan Doni pelajar salah satu SMK di Palembang ini mengemukakan dirinya berpacaran pertama kali saat menginjak kelas tiga SLTP. Saat itu aktifitas yang dilakukannya lebih berkaitan dengan aktifitas sekolah seperti pulang sekolah bersama. “Kalau sekarang sekedar cium pipi saat ulang tahun saya pikir sah-sah saja. Asalkan cuma cium pipi,” katanya. Seraya menambahkan bagi remaja seusianya meski tidak mutlak tetapi jika tidak memiliki pacar akan dianggap kurang pergaulan.

Sedangkan Gita pelajar SMU di Palembang mengemukakan aktifitas pacaran yang dilakukannya lebih banyak dihabiskan dengan ngobrol dirumah. Sesekali menurutnya pergi nonton berpasangan bersama pacar atau terkadang bersama teman lainnya yang juga membawa pasangan.

Komentar