Mendengkur saat tidur apa Kaitandengan Gangguan Libido

Mendengkur saat tidur apa Kaitandengan Gangguan Libido 

Kaitan Mendengkur dengan Gangguan Libido

Mendengkur saat tidur apa Kaitandengan Gangguan Libido     Kaitan Mendengkur dengan Gangguan Libido   Mengorok merupakan tanda adanya sumbatan di sebagian jalan nafas atas. Itu artinya pasokan oksigen ke otak menjadi tidak lancar, sehingga tekanan darah bisa meninggi. Karena itu orang yang mengorok berpotensi terkena stroke atau sakit jantung.  Sekitar sepertiga bagian hidup kita digunakan untuk tidur. Apa yang terjadi pada waktu tidur bisa mencerminkan mutu kesehatan seseorang. Kebiasaan mengorok misalnya, bukan menandakan bahwa tidur orang itu nyenyak dan berkualitas. Suara dengkur terjadi karena adanya gangguan pada jalan pernafasan atas. Gangguan itu bisa disebabkan oleh kelainan anatomi hidung, langit-langit lunak, dinding faring dan dasar lidah. Bila tidak ditangani secara dini, masalah mengorok ini bisa memerlukan tindakan operasi.  Henti Nafas   Mengorok ternyata memiliki pola yang bervariasi. Dijelaskan Dr. Susilaningrum, Sp.THT, dari RSPAD Gatot Subroto, setidaknya ada empat pola mengorok.  Pertama, mengorok ringan yang terjadi hanya bila seseorang tidur terlentang, tidak disertai henti nafas (apnea) dan tidak mengantuk di siang hari. Kedua, mengorok yang menetap pada semua posisi tidur, tanpa henti nafas dan tidak mengantuk siang hari. Ketiga, mengorok yang menetap dengan beberapa episode henti nafas dan mengantuk siang hari. Yang keempat adalah OSA (Obstructive Sleep Apnea) yaitu mengorok dan mengalami henti nafas hingga jalan nafas tertutup rapat.  Pada orang yang mengalami OSA, suatu saat dengkurannya akan berhenti dan sekaligus nafasnya juga berhenti. Itu berarti saluran nafasnya sudah tertutup rapat, sehingga orang tersebut akan gelagapan di dalam tidurnya.  Mengorok yang disertai henti nafas, apalagi saluran nafasnya sampai tertutup, amat berbahaya. Keadaan itu mengakibatkan pasokan oksigen ke otak menjadi berkurang dan tekanan darah pun meningkat. "Dalam kondisi seperti itulah orang bisa terkena serangan jantung atau stroke," terang Dr. Hermawan Suryadi, Sp.S, ahli saraf dari Klinik Neuropsikiatri dan Revitalisasi, Jakarta.  Data di Amerika dan Australia menunjukkan 30% pasien stroke mempunyai faktor risiko OSA. Seperti diketahui faktor risiko stroke yang lain di antaranya adalah gangguan jantung, darah tinggi, kolesterol tinggi, kencing manis, dan kebiasaan merokok. "Dan setelah terkena stroke ternyata lebih banyak lagi mendengkurnya," lanjut Dr. Hermawan.  Mengorok yang disertai OSA ini sering dijumpai pada pria, terutama mereka yang menderita gangguan radang tenggorokan, amandel, polip dan sinusitis. Ciri-ciri orang yang mengalami OSA umumnya bertubuh gemuk, perokok, dan kurang berolahraga. Di Indonesia kasus OSA ini cukup banyak ditemui.  Secara psikologis orang dengan OSA cenderung lebih emosional, lekas marah dan cepat lupa. Karena itu bila mereka dibangunkan dari tidurnya, selain kaget juga akan marah-marah.  Penyebab Perceraian   Suara dengkuran, terutama yang nyaring jelas sangat mengganggu orang lain. Orang di kamar sebelah bisa kesal dibuatnya, apalagi pasangan tidurnya. Tak jarang terjadi pertengkaran suami-isteri, gara-gara dengkuran tersebut.  Bahkan di Amerika banyak isteri yang menggugat cerai suaminya yang mengorok. Kebiasaan bersuara di kala tidur ini memang lebih banyak dijumpai pada pria dibanding wanita. Pada pria dan wanita usia di bawah 50 tahun, perbandingan dalam hal mendengkur adalah 30 banding 1. Jadi kebiasaan mendengkur pada pria, 30 kali lebih banyak daripada wanita.  Namun, pada wanita yang sudah menopause kebiasaan mendengkurnya akan lebih tinggi. Sehingga suatu saat, pada pria dan wanita usia lanjut, angka jumlah pendengkurnya bisa saja sama.  Hal yang juga menarik, mengorok akan menyebabkan keadaan mengantuk di siang hari (days time sleepness). Memang ada penyakit mengantuk atau narkolepsi, di mana penderitanya selalu mengantuk dan waktunya dihabiskan untuk tidur terus.  Mengorok memang juga menandakan kualitas tidur yang buruk, sehingga orang tersebut akan gampang mengantuk dan tidak segar kondisinya di siang hari. Hal ini selanjutnya akan mempengaruhi prestasi kerja, dan kualitas hidupnya pun menurun. Jadi mengorok jelas tak hanya berpengaruh pada kesehatan, tapi juga pada kehidupan pribadi, prestasi dan produktivitas kerja.  Tak Cukup Obat   Memberantas penyebab adalah cara terbaik untuk mengatasi masalah mengorok. Pola mengorok juga harus dilihat secara tepat. Menurut Dr. Hermawan, pasien dapat menjalani pemeriksaan yang dinamakan sleep study.  Dalam hal ini akan dilihat nafasnya selama tidur. Juga dipasang alat polisomnografi untuk mengamati pola mengoroknya. Dengan alat tersebut bisa diketahui seberapa parah henti nafas (apnea) yang terjadi. Dinyatakan apnea bila keadaan henti nafas lebih dari 10 detik dengan tenggang waktu kurang dari 10 detik. Sementara hipoapnea suatu keadaan berkurangnya separuh dari aliran udara.  "Ada satuan nilai yang disebut Apnea Hipoapnea Index atau AHI yang menggambarkan banyaknya periode apnea dan hipoapnea per jam. Nilai AHI lebih dari 10 menunjuk pada kondisi abnormal, sedangkan nilai AHI 50-80 mencerminkan OSA yang berat," tegasnya.  Selain itu juga diamati kadar oksigen di dalam tubuh, menurun atau tidak. Jika perlu akan dilengkapi dengan monitor tekanan darah. "Jika oksigen sampai turun bisa bahaya, karena bisa menyebabkan kerusakan otak," tambah Hermawan.  Untuk kasus mengorok yang tergolong ringan, Dr. Hermawan biasanya akan menyarankan perubahan perilaku pada pasiennya. Misalnya, dengan cara lebih aktif berolahraga, mengurangi rokok, latihan pernafasan, dan rileksasi.  Saat ini memang ada obat-obatan yang bisa digunakan untuk meredakan dengkur. Di Inggris malah ada jenis obat kumur untuk masalah ini, tapi semuanya hanya membantu sedikit.  Yang terbaik adalah menyingkirkan penyebab utama. Apabila kebiasaan mengorok disebabkan faktor kegemukan, maka harus diambil tindakan pelangsingan tubuh. Jika diakibatkan adanya gangguan di organ THT, tentunya harus dilakukan perbaikan kondisi THT-nya. Gigi yang tidak teratur juga bisa menyebabkan orang mengorok. Jadi untuk mengatasinya, gigi harus dirapikan.  Kalau tak ditemukan kelainan tapi tetap mengorok, akan dilakukan pemasangan CPAP (Continous Positive Air Pressure), yaitu alat yang terdiri dari masker dan kompresor. Masker ditutupkan ke hidung, lalu ke dalam masker dialirkan udara yang bertekanan tetap dari kompresor, sehingga jalan nafas akan tetap terbuka. Berkat alat ini pengorok biasanya tidak akan mengorok lagi dan bangun tidur dalam keadaan segar. @ Hendra Priantono  Bisa Mengganggu Libido   Jangan anggap remeh masalah mengorok. Hal itu beberapa kali diungkapkan oleh Dr. Cita H. Murjantyo, Sp.THT. Apalagi jika orang terdekat Anda yang biasanya tak mengeluarkan dengkuran, mendadak jadi pengorok.  Pasti ada sesuatu yang menyumbat jalan nafasnya. Mungkin dengkuran awal itu masih ada dalam pola mengorok tingkat pertama. Bila tidak segera diantisipasi, tingkat dengkuran itu bisa terus meningkat dan berlanjut menjadi OSA.  Orang yang gemuk dengan leher pendek biasanya tidurnya mengorok, karena terdapat pengumpulan lemak yang menghambat saluran nafasnya. Orang kurus pun bisa saja mengorok, terutama jika pada dirinya ditemui kelainan seperti sinusitis, amandel, atau mempunyai kelainan bawaan.  Orang yang mendengkur biasanya sering terbangun di malam hari. Keadaan seperti itu tentu saja bisa berpengaruh buruk pada kesehatan tubuh, karena tidak mempunyai kesempatan untuk istirahat dengan baik. Selain badan mudah lemah, mengantuk sepanjang siang, hal itu juga bisa berpengaruh buruk pada libido. "Libidonya bisa jadi tidak normal atau gairahnya menurun," tegas Cita.  Bagi para isteri, tentu tidak ingin menanggung akibat dari kondisi tersebut. Karena itu peran isteri juga penting dalam hal penanganan masalah mengorok ini. Karena mengorok biasanya terjadi bila orang tidur dalam posisi terlentang, maka orang terdekat bisa mengurangi kebiasaan itu dengan memiringkan badan pengorok. Tindakan ini dapat mencegah agar lidah tidak jatuh dan menghambat jalan nafas.  Bantal khusus yang dipromosikan dapat menghentikan dengkur, dikatakan Dr. Cita, tak akan banyak menolong. Penggunaan obat tidur atau obat penenang juga sebaiknya dihindari. Lebih baik mendorongnya untuk berkonsultasi dengan dokter ahli dan menjalani terapi yang sesuai.

Mengorok merupakan tanda adanya sumbatan di sebagian jalan nafas atas. Itu artinya pasokan oksigen ke otak menjadi tidak lancar, sehingga tekanan darah bisa meninggi. Karena itu orang yang mengorok berpotensi terkena stroke atau sakit jantung.

Sekitar sepertiga bagian hidup kita digunakan untuk tidur. Apa yang terjadi pada waktu tidur bisa mencerminkan mutu kesehatan seseorang. Kebiasaan mengorok misalnya, bukan menandakan bahwa tidur orang itu nyenyak dan berkualitas. Suara dengkur terjadi karena adanya gangguan pada jalan pernafasan atas. Gangguan itu bisa disebabkan oleh kelainan anatomi hidung, langit-langit lunak, dinding faring dan dasar lidah. Bila tidak ditangani secara dini, masalah mengorok ini bisa memerlukan tindakan operasi.

Henti Nafas


Mengorok ternyata memiliki pola yang bervariasi. Dijelaskan Dr. Susilaningrum, Sp.THT, dari RSPAD Gatot Subroto, setidaknya ada empat pola mengorok.

Pertama, mengorok ringan yang terjadi hanya bila seseorang tidur terlentang, tidak disertai henti nafas (apnea) dan tidak mengantuk di siang hari. Kedua, mengorok yang menetap pada semua posisi tidur, tanpa henti nafas dan tidak mengantuk siang hari. Ketiga, mengorok yang menetap dengan beberapa episode henti nafas dan mengantuk siang hari. Yang keempat adalah OSA (Obstructive Sleep Apnea) yaitu mengorok dan mengalami henti nafas hingga jalan nafas tertutup rapat.

Pada orang yang mengalami OSA, suatu saat dengkurannya akan berhenti dan sekaligus nafasnya juga berhenti. Itu berarti saluran nafasnya sudah tertutup rapat, sehingga orang tersebut akan gelagapan di dalam tidurnya.

Mengorok yang disertai henti nafas, apalagi saluran nafasnya sampai tertutup, amat berbahaya. Keadaan itu mengakibatkan pasokan oksigen ke otak menjadi berkurang dan tekanan darah pun meningkat. "Dalam kondisi seperti itulah orang bisa terkena serangan jantung atau stroke," terang Dr. Hermawan Suryadi, Sp.S, ahli saraf dari Klinik Neuropsikiatri dan Revitalisasi, Jakarta.

Data di Amerika dan Australia menunjukkan 30% pasien stroke mempunyai faktor risiko OSA. Seperti diketahui faktor risiko stroke yang lain di antaranya adalah gangguan jantung, darah tinggi, kolesterol tinggi, kencing manis, dan kebiasaan merokok. "Dan setelah terkena stroke ternyata lebih banyak lagi mendengkurnya," lanjut Dr. Hermawan.

Mengorok yang disertai OSA ini sering dijumpai pada pria, terutama mereka yang menderita gangguan radang tenggorokan, amandel, polip dan sinusitis. Ciri-ciri orang yang mengalami OSA umumnya bertubuh gemuk, perokok, dan kurang berolahraga. Di Indonesia kasus OSA ini cukup banyak ditemui.

Secara psikologis orang dengan OSA cenderung lebih emosional, lekas marah dan cepat lupa. Karena itu bila mereka dibangunkan dari tidurnya, selain kaget juga akan marah-marah.

Penyebab Perceraian


Suara dengkuran, terutama yang nyaring jelas sangat mengganggu orang lain. Orang di kamar sebelah bisa kesal dibuatnya, apalagi pasangan tidurnya. Tak jarang terjadi pertengkaran suami-isteri, gara-gara dengkuran tersebut.

Bahkan di Amerika banyak isteri yang menggugat cerai suaminya yang mengorok. Kebiasaan bersuara di kala tidur ini memang lebih banyak dijumpai pada pria dibanding wanita. Pada pria dan wanita usia di bawah 50 tahun, perbandingan dalam hal mendengkur adalah 30 banding 1. Jadi kebiasaan mendengkur pada pria, 30 kali lebih banyak daripada wanita.

Namun, pada wanita yang sudah menopause kebiasaan mendengkurnya akan lebih tinggi. Sehingga suatu saat, pada pria dan wanita usia lanjut, angka jumlah pendengkurnya bisa saja sama.

Hal yang juga menarik, mengorok akan menyebabkan keadaan mengantuk di siang hari (days time sleepness). Memang ada penyakit mengantuk atau narkolepsi, di mana penderitanya selalu mengantuk dan waktunya dihabiskan untuk tidur terus.

Mengorok memang juga menandakan kualitas tidur yang buruk, sehingga orang tersebut akan gampang mengantuk dan tidak segar kondisinya di siang hari. Hal ini selanjutnya akan mempengaruhi prestasi kerja, dan kualitas hidupnya pun menurun. Jadi mengorok jelas tak hanya berpengaruh pada kesehatan, tapi juga pada kehidupan pribadi, prestasi dan produktivitas kerja.

Tak Cukup Obat


Memberantas penyebab adalah cara terbaik untuk mengatasi masalah mengorok. Pola mengorok juga harus dilihat secara tepat. Menurut Dr. Hermawan, pasien dapat menjalani pemeriksaan yang dinamakan sleep study.

Dalam hal ini akan dilihat nafasnya selama tidur. Juga dipasang alat polisomnografi untuk mengamati pola mengoroknya. Dengan alat tersebut bisa diketahui seberapa parah henti nafas (apnea) yang terjadi. Dinyatakan apnea bila keadaan henti nafas lebih dari 10 detik dengan tenggang waktu kurang dari 10 detik. Sementara hipoapnea suatu keadaan berkurangnya separuh dari aliran udara.

"Ada satuan nilai yang disebut Apnea Hipoapnea Index atau AHI yang menggambarkan banyaknya periode apnea dan hipoapnea per jam. Nilai AHI lebih dari 10 menunjuk pada kondisi abnormal, sedangkan nilai AHI 50-80 mencerminkan OSA yang berat," tegasnya.

Selain itu juga diamati kadar oksigen di dalam tubuh, menurun atau tidak. Jika perlu akan dilengkapi dengan monitor tekanan darah. "Jika oksigen sampai turun bisa bahaya, karena bisa menyebabkan kerusakan otak," tambah Hermawan.

Untuk kasus mengorok yang tergolong ringan, Dr. Hermawan biasanya akan menyarankan perubahan perilaku pada pasiennya. Misalnya, dengan cara lebih aktif berolahraga, mengurangi rokok, latihan pernafasan, dan rileksasi.

Saat ini memang ada obat-obatan yang bisa digunakan untuk meredakan dengkur. Di Inggris malah ada jenis obat kumur untuk masalah ini, tapi semuanya hanya membantu sedikit.

Yang terbaik adalah menyingkirkan penyebab utama. Apabila kebiasaan mengorok disebabkan faktor kegemukan, maka harus diambil tindakan pelangsingan tubuh. Jika diakibatkan adanya gangguan di organ THT, tentunya harus dilakukan perbaikan kondisi THT-nya. Gigi yang tidak teratur juga bisa menyebabkan orang mengorok. Jadi untuk mengatasinya, gigi harus dirapikan.

Kalau tak ditemukan kelainan tapi tetap mengorok, akan dilakukan pemasangan CPAP (Continous Positive Air Pressure), yaitu alat yang terdiri dari masker dan kompresor. Masker ditutupkan ke hidung, lalu ke dalam masker dialirkan udara yang bertekanan tetap dari kompresor, sehingga jalan nafas akan tetap terbuka. Berkat alat ini pengorok biasanya tidak akan mengorok lagi dan bangun tidur dalam keadaan segar. @ Hendra Priantono

Bisa Mengganggu Libido


Jangan anggap remeh masalah mengorok. Hal itu beberapa kali diungkapkan oleh Dr. Cita H. Murjantyo, Sp.THT. Apalagi jika orang terdekat Anda yang biasanya tak mengeluarkan dengkuran, mendadak jadi pengorok.

Pasti ada sesuatu yang menyumbat jalan nafasnya. Mungkin dengkuran awal itu masih ada dalam pola mengorok tingkat pertama. Bila tidak segera diantisipasi, tingkat dengkuran itu bisa terus meningkat dan berlanjut menjadi OSA.

Orang yang gemuk dengan leher pendek biasanya tidurnya mengorok, karena terdapat pengumpulan lemak yang menghambat saluran nafasnya. Orang kurus pun bisa saja mengorok, terutama jika pada dirinya ditemui kelainan seperti sinusitis, amandel, atau mempunyai kelainan bawaan.

Orang yang mendengkur biasanya sering terbangun di malam hari. Keadaan seperti itu tentu saja bisa berpengaruh buruk pada kesehatan tubuh, karena tidak mempunyai kesempatan untuk istirahat dengan baik. Selain badan mudah lemah, mengantuk sepanjang siang, hal itu juga bisa berpengaruh buruk pada libido. "Libidonya bisa jadi tidak normal atau gairahnya menurun," tegas Cita.

Bagi para isteri, tentu tidak ingin menanggung akibat dari kondisi tersebut. Karena itu peran isteri juga penting dalam hal penanganan masalah mengorok ini. Karena mengorok biasanya terjadi bila orang tidur dalam posisi terlentang, maka orang terdekat bisa mengurangi kebiasaan itu dengan memiringkan badan pengorok. Tindakan ini dapat mencegah agar lidah tidak jatuh dan menghambat jalan nafas.

Bantal khusus yang dipromosikan dapat menghentikan dengkur, dikatakan Dr. Cita, tak akan banyak menolong. Penggunaan obat tidur atau obat penenang juga sebaiknya dihindari. Lebih baik mendorongnya untuk berkonsultasi dengan dokter ahli dan menjalani terapi yang sesuai.

Komentar